Puisi Ayahku Permata Duniaku
Dipublikasikan oleh Admin halima agustina
Menatap terik meniti tangga
Tangan kasar urat terlihat menonjol
Terbakar menghitam kulit ronamu
Muka memerah tahan panas sang surya
Lapar jadi tantangan harinya
Haus jadi teman setianya
Kotor debu jadi hiasan mukanya
Peluh jadi lukisan pakaianya
Harga diri kadang jadi taruhanya
Nanar mata hampa memandang langitnya
Seolah menghentak sang waktu segera beranjak
Menanti saat istirahat rebahkan raga
Mengharap permata sebagai buah tangannya
Terbayang buah hati menanti kedatanganya
Terbayang wajah teduh permaisurinya
Tangan kasar urat terlihat menonjol
Terbakar menghitam kulit ronamu
Muka memerah tahan panas sang surya
Lapar jadi tantangan harinya
Haus jadi teman setianya
Kotor debu jadi hiasan mukanya
Peluh jadi lukisan pakaianya
Harga diri kadang jadi taruhanya
Nanar mata hampa memandang langitnya
Seolah menghentak sang waktu segera beranjak
Menanti saat istirahat rebahkan raga
Mengharap permata sebagai buah tangannya
Terbayang buah hati menanti kedatanganya
Terbayang wajah teduh permaisurinya
Lelah kan jadi indah
Dahaga bagai tersiram air nirwana
Rasa lapar tak terasa memandang tawa buah hatinya
Segelas air tersuguh bagai hidangan surga
Sekilas senyum merayu jiwanya
Dahaga bagai tersiram air nirwana
Rasa lapar tak terasa memandang tawa buah hatinya
Segelas air tersuguh bagai hidangan surga
Sekilas senyum merayu jiwanya
Bosankah ayah setiap hari begini,
Tidak nak… asal kamu bahagia,
Capek ya ayah,tidak nak …asal kamu bisa menikmatinya….
Sampai kapan Ayah …sampai keringat ini jadi permatamu nak,sampai lelah ini berkalang tanah
Sampai dunia dalam gengamanmu nak..
Tidak nak… asal kamu bahagia,
Capek ya ayah,tidak nak …asal kamu bisa menikmatinya….
Sampai kapan Ayah …sampai keringat ini jadi permatamu nak,sampai lelah ini berkalang tanah
Sampai dunia dalam gengamanmu nak..
Begitu teduh dalam dekapnya
Begitu nyaman dalam gendonganya
Begitu aman dalam lindunganya
Begitu iklas gurat wajahnya…
Sosok itu kini Putih rambutnya
Begitu putih bagai jiwanya
Sosok itu kini keriput kulitnya
Begitu keriput tergurat begitu banyak pengalamanya
Uratnya Telihat bekas keperkasaanya
Walau senja tak berkurang semangatnya
Walau keriput begitu jelas bekas ketampananya
Begitu nyaman dalam gendonganya
Begitu aman dalam lindunganya
Begitu iklas gurat wajahnya…
Sosok itu kini Putih rambutnya
Begitu putih bagai jiwanya
Sosok itu kini keriput kulitnya
Begitu keriput tergurat begitu banyak pengalamanya
Uratnya Telihat bekas keperkasaanya
Walau senja tak berkurang semangatnya
Walau keriput begitu jelas bekas ketampananya
Ayah ….
Terimakasih ayah…..
Bintang dilangitpun tak cukup ku hadiahkan untukmu
Lautpun tak kan bisa menganti peluhmu
Kasih sayangmu tak mungkin terganti
Iklasmu akan jadi bekalmu..
terima akasih ayah…
Terimakasih ayah…..
Bintang dilangitpun tak cukup ku hadiahkan untukmu
Lautpun tak kan bisa menganti peluhmu
Kasih sayangmu tak mungkin terganti
Iklasmu akan jadi bekalmu..
terima akasih ayah…
by halima agustina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar